Pemahaman Hadis Akhir Zaman di You Tube, Analisis Pemahaman Hadis Akhir Zaman Ustdz Zulkifli Muhammad Ali Di You Tube

 

AKHIR ZAMAN DALAM PERSPEKTIF HADIS

ANALISIS PEMAHAMAN HADIS AKHIR ZAMAN DALAM CERAMAH USTADZ ZULKIFLI MUHAMMAD ALI DI YOU TUBE

Ardi

Pasca Sarjan Universitas Islam Negeri Imam Bonjol

Jalan Jenderal Sudirman No.15, Padang Pasir, Padang Barat, Kp. Jao, Kec. Padang Bar., Kota Padang, Sumatera Barat 25153. Email : ardi_fq@yahoo.co.id/ardifaqad114@gmail.com

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menela’ah dan menganalisa pemahaman Ustadz Zulkifli Muhamamd Ali mengenai hadis-hadis akhir zaman yang disampaikan dalam 2 ceramahnya melalui you tube dan bagaimana respons Subsscribe dengan 2 ceramah tersebut, tekhnik analisis yang digunakan oleh peneliti yaitu riset kepustakaan, pemahaman-pemahaman hadis akhir zaman yang disampaikannya di media you tube diperoleh dengan metode verstehen (Pemahaman) data yang telah terkumpul selanjutnya didiskripsikan dengan metode analetika bahasa, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman terhadap hadis akhir zaman Ustadz Zulkifli Muhamamd Ali cendrung tekstualis dengan menjelaskan tanda-tanda akhir zaman itu telah muncul pada sekarang ini ditandai bencana, kemaksiatan, kepemimpinan demokrasi, dan resposn subscriber beragam ada yang mendukung dan mempercayainya bahkan ada yang tidak percaya dan mengatkan Ustadz Zulkifli Muhamamd Ali adalah termasuk ustadz cocoklogi dalam memahami hadis akhir zaman.

 

 

Kata Kunci : Pemahaman Hadis, Hadis-hadis Akhir Zaman, you tube, Zulkifli Muhammad Ali

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A.    PENDAHULUAN

 

Tidak seorangpun yang dapat memastikan kapan waktu hari kiamat terjadi, kepastian datangnya hari kiamat tidak diragukan sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 2

Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur”.

Sebelum kiamat terjadi ada beberapa peristiwa mengawalinya, diantaranya manusia seperti orang mabuk, padahal mereka tidak mabuk, wanita hamil akan mengalami keguguran dan wanita-wanita lupa menyusui bayinya sebagaimana firman Allah:

“Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras”.

Akan terjadi huru-hara hari kiamat manusia seperti anai-anai yang bertebaran, gunung-gunung seperti kumpalan kapas yang berterbangan seperti firman Allah:

Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan”.

Rasulullah sebagai rasul Allah, habibullah (kekasih Allah) Manusia yang paling dicintai Allah ketika ditanya kapan terkjadi hari kiamat? Belia tidak bisa menjawab, tetapi Rasulullah dapat menunjukkan sebahagian tanda-tandanya saja, tanda-tanda hari kiamat disebutkan Rasulullah akan ada seorang budak melahirkan tuannya dan pengembala onta berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis shaheh riwayat Imam Bukhari, Rasulullah bersabda:

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Abu Hayyan At Taimi dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah berkata: bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya: "Apakah iman itu?" Beliau menjawab: "Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari berbangkit." (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah Islam itu?" Beliau menjawab: "Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan itu?" Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu." (Jibril 'Alaihis salam) berkata lagi: "Kapan terjadinya hari kiamat?" Beliau menjawab: "Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan tanda-tandanya, (yaitu): jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah." Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca: {Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat} (Luqman: 34). Setelah itu Jibril 'Alaihis salam pergi, kemudian beliau berkata: "Hadapkan dia ke sini." Tetapi para sahabat tidak melihat sesuatupun, maka Nabi bersabda: "Dia adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama mereka."(HR. Bukhari, no. 48)

 

Berdasarkan al-quran dan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa hari kiamat pasti terjadi tetapi al-Quran dan Hadis tidak ada isyarat yang syarekh menjelaskna kapan kepastian terjadinya hari kiamat, maka kita wajib mempersipkan diri untuk menghadapinya supaya kita siap mental dan spiritual jika kiamat terjadi. Karena tidak seorangpun yang dapat menebak kapan terjadi hari kiamat disini jelas sekali Rasulullah. Dewasa ini banyak sekali pembahasan mengenai beberapa tanda-tanda kiamat yang mulai muncul dan membuat kecemasan dalam masyarakat baik pada ceramah-ceramah langsung maupun ceramah yang disampaikan melalui media social: Face Book, Twitter, Instagram, you tube dan lain-lain,

Salah satu ustadz yang sering muncul berceramah di media social terutama media you tube adalah ustadz Zulkifli Muhammad Ali, Lc., M.A. lahir 15 November 1974. Ia adalah ustaz Ranah Minang Indonesia. Ia banyak berceramah tentang perkara akhir zaman (eskatologi Islam). Zulkfli dilahirkan di Parit MalintangPadang PariamanSumatra Barat pada 15 November 1974. Pendidikannya di awalai dari SD Muhammadiyah Curup Bengkulu, kemudian dilanjutkan tingkat SMP sampai SMA Perguruan Thawalib Padang Panjang  tamat pada 1993. Kemudian Ia lanjutkan S1 Universitas Al-Azhar kairo Mesir dengan jurusan Akidah dan Tafsir, kemudian Ia lanjut S2.  Di Tripoli Libya. Disamping aktifitas dakwah Zulkifli Muhammad Ali sehari-hari membina dan mengasuh yayasan pendidikan Islam di Payakumbuh[1]

Bakat berdakwahnya sudah muncul semenjak bersekolah Di Thawalib Padang Panjang, biasanya bagi santri yang tinggal di asrama akan diberi giliran untuk kultum setelah magrib, gilran Zulkifli Muhammad Ali berkultum sangat ia tunggu-tunggu, karena kegemarannya berdakwah sehingga ceramahnya disukai oleh teman-teman dan guru, Zulkifli Muhammad Ali sangat megidolakan da’I sejuta umat yaitu KH. Zainuddin MZ. Dalam berdakwah Zulkifli Muhammad Ali sering menirukan gaya berdakwah sang idola, bahkan beberapa ceramah KH. Zainuddin MZ dihafalnya, dengan modal itu Zulkifli Muhammad Ali sering menang lomba pidato mewakili atas nama sekolah[2]

Dalam dakwah yang telah digelutinya Zulkifli Muhammad Ali, Lc., M.A. termasuk da’i dunia nyata dan dunia maya, disebut da’i dunia nyata karena Zulkifli Muhammad Ali, Lc., M.A. da’i nasional, beberapa provinsi dikunjunginya berdakwah seperti Jakarta, Medan, Aceh, Palembang, dan Riau. Dan da’i international karena Zulkifli Muhammad Ali, Lc., M.A.berdakwah di Johor, Selangor, Serawak, dan Kuala Lumpur (Malaysia) bahkan beliau juga berdakwah ke negeri Kangguru, Australia, tepatnya di Kota Sydney, dan Canberra[3], disebut da’i dunia maya, karena dakwah Zulkifli Muhammad Ali, Lc., M.A.sudah merambah media social you tube, cuplikan-cuplikan ceramahnya tersebar di berbagai media social seperti Wats Aps, Twitter, Face Book, Instagram you Tube dan lain-lain. Karena ceramahnya Zulkifli Muhammad Ali, Lc., M.A. dikenal dengan ustadz Akhir zaman, karena dakwahnya di dunia maya ustadz Zulkifli Muhammad Ali, Lc., M.A. pernah diperiksa oleh polisi dengan tuduhan ujaran kebencian[4]

Sebagai juru dakwah Zulkifli Muhammad Ali, Lc., M.A. menyampaikan hadis-hadis akhir zaman tidak terlepas dari pensayarahan hadis kemudaian disampaikan pada umat, dengan demikian penulis tertarik meneliti ingin mengkaji bagaimana pemahana hadis-hadis tentang akhir zaman yang disampaikan Zulkifli Muhammad Ali dalam ceramahya pada media social tertutama media you tube, bagaimana respon netizen (Subscrier) sebagai pendengar dari ceramah Zulkifli Muhammad Ali tersebut.

B.     Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian jenis kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan serangkain penelitian kepustakan (library research). Dikarnakan data yang dianalisis bersifat kualitatif, maka metode yang digunakan adalah dengan cara contetnt analysis (analisis isi).

Pengumpulann data dengan Maudhu’i dikarenakan mengumpulkan pemahaman-pemahaman hadis dengan 1 tema yang sama, Pembahasan dalam kajian pustaka sebagian besar hanya merupakan kutipan atau saduran beberapa pemahaman hadis dalam ceramah dan buku refrensi yang mendukung pembahasan tentang masalah yang ditinjau, termasuk model dan metode analisis data yang diterapkan.

C.    Pembahasan

1)      Metodologi Pemahaman hadis

Untuk memahami hadis nabi perlu sebuah ilmu, ilmu untuk memahmi hadis disebut “Metodologi Pemhaman Hadis” terdiri dari beberapa kata yakni Metodologi, Pemahaman dan Hadis, istilah metodologi berasal dari gabungan dua kata, yakni metode dan logi. Metode dalam bahasa Indosnesia dipahami sebagai cara yanga telah teratus dan terpikirkan baik-baikuntuk mencapai suatu maksud[5] dalam bahasa Arab metode disebut minhaj. Minhaj bermakna prosedur atau cara yang jelas, dalam penegrtian umum metode atau manhaj dapat diartikan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. logi adalah terjemahan bahasa Inggrisnya berarti ilmu, dalam Bahasa Arab ‘Ilm  bermakna pengetahuan yang jelas dan pasti tentang sesuatu. Dengan demikian, maka metodologi berarti pengetahuan tentang metode yang dipakai dalam suatu bidang tertentu atau dalam ungkapan lain adalah suatu pengkajian dalam mempelajari aturan-aturan dalam metode tersebut[6] Pemahaman dalam bahasa Arab disebut fiqh secara bahasa berarti “mengetahui sesuatu dan memahaminya” kata fiqh makna dasarnya adalah paham, memahami terhadap suatu teks karena sabanding dengan kata fahm yang bermakna memahami[7] dan kata hadis merupakan kata Arab hadis secara literal bermakna informasiatau komunikasi yang bersifat umum, baik cerita-cerita keagamaan maupun cerita diluar keagamaan, tetapi bila dikatakan sebagai adjektif maka orang Arab mengartikan kata hadis ini bermakna baru, kata lain hadis adalah sunnah secara bahasa artinya jalan, peraturan, cara tentang tindakan, sikap hidup Dari pengertian beberapa kata di atas, maka metodologi Pemahaman Hadis dapat dirumuskan sebagai  Ilmu tentang prosedur atau tatacara yang bersifat ilmiah untuk menggali dan memahami ajaran-ajaran agama berupa kehendak atau pesan-pesan Rasulullah dengan tepat yang terkandung dalam hadis-hadis yang diriwayatkan dari beliau [8]

Untuk mengamalkan hadis-hadis yang telah terbukti ke-shahih-annya, diperlukan pemahaman yang komprehensif dan profesional, artinya hadis-hadis nabi perlu dipahami dengan berbagai pendekatan, diantaranya pendekatan dengan disiplin ilmu lain yang sedang berkembang[9] dan menurut Buchari ada kecendrungan ulama dalam memahami hadis, kecendrungannya dengan menggunakan bebebrapa metode pemahaman hadis nabi, metode tersebut dapat dikalisifikasikan kepada metode pemahaman hadis tradisional dan metode pemahaman hadis modernis[10].

A.      Metode  Tekstual (Lafzhiyah atau tersurat)

1.      Pengertian Metode Tekstual

Kata teks bermakna “kata-kata asli dari pengarangnya” atau “sesuatu yang tertulis”, Secara bahasa ‘tekstual terdiri dari kata “teks” dan “tual” yang berarti kalimat, kata, susunan, dan uraian.[11] Tekstual adalah kata sifat dari kata teks, sehingga bermakna bersifat teks atau bertumpu pada teks[12], Dalam bahasa Arab dikenal dengan lafzhu atau lafzhul hadits.

Definisi pemahaman hadis secara tekstual secara istilah belum ditemukan. Akan tetapi berdasarkan penela’ahan terhadap literatur yang ada, maka yang dimaksudkan dengan pemahaman hadis metode tekstual adalah:”Memahami makna dan maksud yang terkandung dalam hadis-hadis nabi dengan cara bertumpu pada analisis teks hadis[13]

Sebagai pendekatan yang bertumpu pada teks, maka ilmu bahasa dan ushul fiqih merupakan bagian ilmu yang paling utama sebagai alat untuk menganalisisnya, maka pendekatan tekstual dapat dilihat dari tiga pendekatan,  Pertama pendekatan kebahasaan, dalam pendekatan ini pemaknaan adalah bagian yang paling penting baik dari sisi kata an sich maupun kata dalam kaitannya dengan partikel atau kata lainnya. Dalam menjelaskan hal-hal yang bersifat metafisik seperti Allah, sorga, neraka, malaikat, jin dan lainnya, agar dapat dipahami pembaca bahasa yang dipakai adalah bahasa yang berda dalam janhhkauan wilayah empiris dan indrawi.    Kedua pendekatan tekstual dijelaskan dalam karya ushul fiqh adalah amr (perintah), nahi (larangan), tabshir (pilihan), ‘am (umum), khash (Khusus), muthalq (bebas), muqayyat (terkait), manthuq (diucapkan), mafhum (dipahami), muhkam, muafassar, nas, zahir, khafi, musykil, mujmal dan mutasyabih, Ketiga pendekatan takwil mengembalikan kepada bahasa asal, maksubnya memalingkan makna kata dari makna dasarnya kepada suatu makna yang dipahami lebih sesuai dengan al-Quran dan Sunnah[14]

Apabila hadis yang dipahami secara tekstual maka pesan yang terkandung dalam hadis tersebut berlaku universal, umum, berlaku untuk semua, tidak terkait dengan waktu, zaman, dan situasi (shalih fi kulli zamanin wafiy kulli makan). Sebaliknya jika sebuah hadis dipahami secara kontekstual maka konsekuensinya ajaran yang terkandung dalam hadist itu berlaku khusus, temporal, lokal, dan terkait dengan kondisi, situasi ketika hadis itu diucapkan.[15]

Memahami hadis secara tekstual bukanlah sesuatu yang buruk, kuno, dan tradisional.  Menurut M. Syuhudi Ismail suatu hadis  memang ada hadis yang harus (lebih tepat) dipahami secara tekstual dan ada yang harus (lebih tepat) dipahami secara kontekstual.[16] Suatu tindakan yang salah adalah hadis yang seharusnya dipahami secara tekstual tetapi dipahami kontekstual. Begitu juga sebaliknya hadis yang seharusnya dipahami kontekstual dipahami secara tekstual. Kekeliruan ini  sering terjadi di dalam memahami hadis.

a        Indikasi Yang dijadikan Acuan dalam Menentukan suatu hadis dipahami secara  Tekstual

Muhammad  Syuhudi Ismail menyebutkan bahwa indikasi pemahaman hadis secara tekstual adalah mengaitkan hadis tersebut dengan berbagai aspek misalnya Asbab al-wurud.[17] Berdasarkan penelaahan terhadap literatur yang terkait dengan pemahaman hadis maka penulis menambah satu lagi yang dapat dijadikan acuan dalam memahami hadis secara tekstual yakni melihat indikasi lafazh. 

Dengan demikian menurut penulis minimal ada dua indikator/qarinah  yang dijadikan alasan suatu hadis harus dipahami secara tekstual, yakni:

1.      Melihat indikasi lafazh. Ditinjau dari kejelasannya lafazh suatu hadis ada yang shorih (jelas) dan ada yang muhtamalah (tidak jelas). Apabila lafazh suatu hadis  shorih maka dapat dipastikan hadis tersebut harus dipahami secara tekstual karena lafazh yang sharih mengandung wudhuh al-ma’na (walaupun belum tentu, tidak mutlak), begitu juga sebaliknya jika lafazh suatu hadis tidak jelas (muhtamalah) maka tentu hadis tersebut dituntut dipahami secara kontekstual. Menurut Amir Syarifuddin, Lafazh yang shorih (jelas) tersebut terbagi:[18]

a)    Al-Zhahir (jelas) 

الظاهر: ماَ يُفْهَمُ الْمُراَدُ مِنْهُ بِنَفْسِ السَّماَعِ مِنْ غِيْرِ تَأَمُّل                  

Artinya:  Suatu lafazh yang dapat diketahui maksud sebenarnya dengan   lafazh itu sendiri tanpa perlu pemahaman yang mendalam.  

Contoh:

  أ لاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْباَرِ الْكَباَئِر قاَلَ: الإِشْراَكُ باِللهِ وَعُقُوْقُ الْواَلِدَيْنِ الا وَقَوْلُ الزُّوْر               

Dari hadis diatas dapat dipahami ada beberapa dosa besar yang diharamkan  yakni syirik, durhaka kepada orang tua, dan sumpah palsu, tanpa ada maksud lain.  

b)      Al-Nash (lebih jelas)

 : ماَكاَنَ صَرِيْخاً فىِ حُكْمٍ مِنَ الأَحْكاَم وَإِنْ كاَنَ اللَّفْظُ مُحْتَمِلاً فىِ غَيْرِهِ  النص

Artinya: Lafazh yang jelas dalam hukumnya meskipun lafazh itu mungkin dipahami antara maksud lain

Contoh:

مَنْ أَطاَعنى  فَقَدْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصاَنِيْ فَقَدْ أَبَى

Secara nash  ayat itu jelas yakni menyebutkan perbedaan nyata antara taat kepada Rasul dan durhaka kepada Rasul sebagai sanggahan terhadap orang yang menganggapnya sama. Walaupun sangat jelas, tapi dari teks hadis diatas dapat dipahami maksud lain, yakni: Halalnya/wajib hukumnya mentaati Rasul dan haramnya durhaka kepada Rasul.

c)     Al-Mufassar (sangat jelas)

: ماَيُعْرَفُ مَعْناَهُ مِنْ لَفْظِهِ وَلاَ يَفْتقر إِلىَ قِرِيَنَة تَفْسِيْرِهِ الْمُفَسر

Artinya:Suatu lafazh yang dapat diketahui maknanya dari lafazhnya sendiri tanpa memerlukan qarinah yang menafsirkannya.

Contoh:

إِذاَ وَلَغَ الْكَلْبُ فىِ الإِناَءِ فاَغْسِلُوْهُ سَبْعَ مَراَّتٍ إِحْداَهُماَ باِلتُّراَبِ

Kalimat سَبْعَ مَراَّتٍ (tujuh kali) sudah sangat jelas, maka tidak tidak perlu di-takwil lagi.

d)    al-Muhkam (paling jelas)

: ماَدَلَّ بِنَفْسِ صِيْغَتِهِ عَلىَ مَعْناَهُ الْوُضُوْحُ بِحَيْثُ لاَ يُقْبَلُ الإبطال وَالتّبْدِيْلُ وَالتأوِيْل الْمُحْكَمُ

Artinya: Suatu lafazh yang dari sighotnya sendiri memberi petunjuk kepada maknanya yang jelas sehingga tidak menerima kemungkinan pembatalan, pergantian, ataupun takwil

Contoh:

الْجِهاَدُ جاَضٌ إِلىَ يَوْمِ الْقِياَمَةِ

2.      Mengaitkan atau lafazh hadist tersebut dengan hal lain

Walaupun lafazh suatu hadis shorih, akan tetapi belum tentu serta merta harus dipahami secara tekstual, karena bisa jadi hadis tersebut mengalami ke-musykil-an, ikhtilaf bertentangan dengan berbagai aspek. Karenanya suatu hadis walaupun lafazhnya sharih tetapi harus dikaitkan dengan situasi, kondisi ketika hadis itu disampaikan oleh Nabi (Asbabul Wurud, Kondisi Historis, Sosiologis, Antropologis, dll).

 Apabila suatu hadis tersebut lafadznya sharih dan setelah dikaitkan dengan berbagai aspek seperti asbab al-wurud masih tetap menuntut dipahami secara tekstual, maka hadis tersebut harus dipahami tekstual, tidak boleh kontekstual.

Disamping itu hadis-hadis  yang harus dipahami secara tekstual biasanya hadis-hadis yang ringkas dan padat makna (jawami’ al-kalim) seperti hadis shumuu tashihhu ( berpusalah kamu niscaya kamu akan sehat), tasahharu fainna fissahuri barakah (makan sahurlah kamu karena makan sahur itu berkah), attaubatu al-nadmu ( taubat itu adalah penyesalan), alhajju ‘arafah (haji itu wukuf di Arafah), dan lain-lain.

B.       Metode Kontekstual (Ma’nawiyah atau Tersirat)

1.      Pengertian Pemahaman Hadits Secara Kontekstual

Kata kontekstual berasal dari konteks yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung dua arti: 1) bagian sesuatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; 2) situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian.[19]

Menurut Edi Safri pemahaman hadis secara konteksual adalah memahami hadis-hadis Rasulullah dengan memperhatikan dan mengkaji keterkaitannya dengan peristiwa atau situasi yang melatar belakangi munculnya hadis-hadis tersebut. Atau dengan kata lain memperhatikan dan mengkaji konteksnya.[20]

Ada juga yang berpendapat bahwa memahami hadis secara  kontekstual  berarti memahami hadits berdasarkan peristiwa dan situasi ketika hadits itu diucapkan, dan kepada siapa hadits itu ditujukan, jadi hadits nabi itu dipahami berdasarkan redaksi lahiriah dan aspek kontekstualnya.[21]

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman kontekstual adalah pengambilan informasi atau pesan yang tidak hanya cukup dengan apa yang tersurat pada teks hadits saja, sehingga perlu dilakukan penggalian informasi dan pesan pendukung lain dari luar teks tersebut sehingga dapat menyempurnakan informasi atau pesan yang diharapkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Pemahaman dan penerapan hadis secara kontekstual dilakukan bila “di balik” teks suatu hadis, ada petunjuk yang kuat yang mengharuskan hadis yang bersangkutan dipahami dan diterapkan tidak sebagai mana maknanya yang tekstual (tersurat).[22]

2.      Alasan dan Konsekuensi Pemahaman Secara Kontekstual

Pada dasarnya permasalahan pemahaman hadits baik secara tekstual atau  kontekstual adalah menyangkut masalah ketepatan dalam memahaminya sehingga hadits tersebut dapat diamalkan sesuai dengan yang diharapkan oleh Nabi sesuai dengan perintah Allah, dan bukan merupakan keinginan pribadi maupun emosi saja apakah suatu hadits hendak dipahami secara tekstual atau kontekstual.

Kontekstual merupakan keperluan kaum muslimin untuk mengantisipasi tantangan dan tuntutan masa kini, oleh Djohan Effendi mengatakan pendekatan secara kontekstual ini merupakan metode untuk memahami hadits dengan sosio-historik, yaitu melihat dan mendekati suatu gagasan atau fenomena tidak lepas dari konteks waktu, tempat budaya, kelompok, dan lingkungan sedikit banyaknya ada kaitannya.[23] Nabi sebagai source of hadits tidaklah hidup ditengah-tengah masyarakat yang homogenitas, tetapi beliau hidup ditengah masyarakat yang heterogen yang masyarakatnya berada ditengah-tengah kerasnya budaya arab, oleh sebab itu sebagai orang yang membawa misi suci dari Allah, Nabi dituntut untuk tampil ditengah mereka sebagai full profile yang bersifat rahmatan li al-‘alamiin.

Jadi, ketika Nabi menghadapi orang-orang Arab, beliau tidak hanya menggunakan suatu cara, tetapi multicara. Dan beliau sadar bahwa setiap orang mempunyai kadar intelegensi yang berbeda atau beragam, sehingga menghadapi mereka seukuran menghadapi kadar mereka juga. [24]

Dengan demikian kontekstualisasi terhadap hadis sangat perlu dilakukan karena suatu hadits tidak dapat dipahami dan diamalkan dengan baik jika hanya dipahami secara tekstual saja.

Apabila suatu hadis difahamai secara kontekstuala maka konsekwensinya adalah kandungan yang terdapat dalam hadis tersebut berlaku khusus, temporal, local, terikat dengan waktu, tempat dan illat ketika hadis tersebut diucapkan.

Yang penting untuk diketahui adalah kapan suatu hadis harus dipahami secara tekstual dan kapan suatu hadis harus dipahami secara kontekstual. Jawabannya adalah “ma’a al-qarinah” (adanya indikasi atau petunjuk yang kuat) yang mengharuskan dipahami secara  tekstual atau kontekstual.

3.      Pendekatan memahami hadis nabi secara kontekstual

Sesuai dengan pengertian pendekatan kontekstual diatas. Hadis nabi perlu dipahami dengan mengkaji konteksnya meliputi: Pertama pendekatan konteks redaksional, sebauh kata yang diucapkan bila dipahami secara terpisah memiliki makna dasar dan kontekstualnya sendiri, makna ini akan melekat pada kata tersebut, makna kata ini dapat dijimpai sepanjang yang digunakan oleh masyarakat maupun didalam kamus, tetapi kata yang sama dapat dipahami berbeda disamping makna dasarny terutama kata tersebut sudah dijadikan kata kunci atau diletakkan dalam redaksi tertentu. Kedua konteks historis sosiologis dan antropologis, memahami suatu hadis sesuai dengan suasan situasi social dan kondisi geografis terkait pembiacaraan sesorang. Ketiga kapasitas Nabi dalam menyampaikan hadis, dalam memaahami hadis nabi tidak bisa dilepaskan kehidupan sehari-hari nabi karena nabi memiliki banyak fungsi, nabi sebagai seorang Rasul, Nabi sebagai Panglima perang, Nabi sebagai seorang suami, nabi sebagai seorang shahabat dan lain-lain. Keempat kontekstualisasi makna, hadis nabi dipahami pesan-pesan nabi dalam kaitannya ruang dan waktu di mana kita berada, artiny mengkomunikasikan hadis nabi yang diucapkan nabi dalam situasi dan kondisi pada era nabi jauh berbeda dengan situasi sekarang, maka diperlukan analisis filosofis dalam memahami hadis nabi, dalam menganalisis filosofis artinya menangkap makna substansi dari sebuah kata yang diucapkan nabi[25] 

2)      Pemahaman hadis yang belum terjadi seperti Tanda-tanda kahir zaman

Ketentuan yang harus diingat dalam menjelaskan hadis-hadis akhir zaman

3)      Peta hadis-hadis akhir zaman

Hadis-hadis riwayat

4)      Pemhaman Hadis-hadis akhir Zaman oleh Ustadz Zulkifli Muhammad Ali di media you tube

Ceramah yang berjudul Gawat!!! Fakta Kehancuran Akhir Zaman ini sedang kita hadapi dan Ustadz Zulkifli M. Ali yang disampaikan oleh Ustadz Zulkifli Muhammad Ali atau yang lebih masyhur dikenal dengan Ustadz Akhir zaman di Channel Fodamara TV dengan link you tube https://youtu.be/jDL8W3sZTf4 video berdurasi 1 jam 54 menit 23 detik tersebut telah diikuti sebanyak 794 000 Subscriber, video ceramah ini dibuat 2 tahun yang lalu telah ditonton sebanyak 1 871 142 orang, di like oleh 22 ribu orang dan didislike oleh 0 orang, dikomentari oleh 1 575 orang.

Channel Fodamora TV Video telah mengupload ceramah Ustadz Zulkifli Muhammad sebanyak 10 Video dengan judul yang berbeda diantaranya adalah: Akhir zaman sudah sangat dekat ini penjelasannya!! || UST. Zulkifli, Dajjal sudah keluar!!! inilah zamannya Akhir zaman, Wow!!! inilah akhir zaman yang sebenarnya-Ustadz Zulkifli M. Ali, [Part 1], Persatuan umat Akhir zaman | Khilafah Islamiah akan datang. Cara jitu Menyikapi Akhir Zaman || Ustadz Zulkifli M. Ali Lc. MA., Baru ceramah Pencitraan di akhir zaman Part.2 – Ustadz Zulkifli M. Ali, [Part. 2]  dan Persatuan Umat Akhir Zaman | Khilafah Islamiyah,  Tanya Jawab Menyikapi Akhir Zaman Ustadz Zulkifli M Ali Lc. MA., Huru-hara apa yang akan terjadi ditahun 2020! Kiat meningkatkan iman

Pada penelitian ini penulis mencoba memaparkan dua judul ceramah Ustadz Zulkifli Muhammad Ali

A.    Akhir zaman sudah sangat dekat ini penjelasannya!! || UST. Zulkifli.

1.      Alamat link

Link you tubenya adalah https://youtu.be/fKMBDfpXIfY dalam ceramah Ustadz Zulkifli Muhammad Ali dengan judul “Fitnah dan huru hara akhir zaman”

2.      Hadis yang dibahas

سنن أبي داوود ٣٧٠٤: حدثنا يحيى بن عثمان بن سعيد الحمصي حدثنا أبو المغيرة حدثني عبد الله بن سالم حدثني العلاء بن عتبة عن عمير بن هانئ العنسي قال سمعت عبد الله بن عمر يقول كنا قعودا عند رسول الله فذكر الفتن فأكثر في ذكرها حتى ذكر فتنة الأحلاس فقال قائل يا رسول الله وما فتنة الأحلاس قال هي هرب وحرب ثم فتنة السراء دخنها من تحت قدمي رجل من أهل بيتي يزعم أنه مني وليس مني وإنما أوليائي المتقون ثم يصطلح الناس على رجل كورك على ضلع ثم فتنة الدهيماء لا تدع أحدا من هذه الأمة إلا لطمته لطمة فإذا قيل انقضت تمادت يصبح الرجل فيها مؤمنا ويمسي كافرا حتى يصير الناس إلى فسطاطين فسطاط إيمان لا نفاق فيه وفسطاط نفاق لا إيمان فيه فإذا كان ذاكم فانتظروا الدجال من يومه أو من غده

Sunan Abu Daud 3704: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Utsman bin Sa'id Al Himshi berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Al Mughirah berkata: telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Salim berkata: telah menceritakan kepadaku Al 'Ala bin Utbah dari Umair bin Hani Al 'Ansi ia berkata: Aku mendengar Abdullah bin Umar berkata:  "Saat kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bercerita tentang fitnah, panjang lebar beliau bercerita seputar fitnah itu hingga beliau menyebutkan tentang fitnah Al Ahlas." Seorang laki-laki lalu bertanya: "Wahai Rasulullah, apa itu fitnah Al Ahlas?" beliau menjawab: "Adanya permusuhan dan peperangan, kemudian fitnah kesenangan yang asapnya muncul dari bawah kedua kaki seorang laki-laki ahli baitku. Ia mengaku berasal dari keturunanku, padahal bukan. Wali-waliku hanya orang-orang yang bertakwa. Kemudian orang-orang akan berdamai pada seorang laki-laki layaknya pangkal paha yang bertumpuk di tulang rusuk (kesepakatan yang semu). Kemudian akan muncul fitnah seorang yang buta (dengan kekuasaan), tidak seorang pun dari umat ini kecuali ia akan mendapat satu tamparan di mukanya (bencana kerusakan darinya). Ketika fitnah itu telah dianggap usai, namun fitnah tersebut justru berkelanjutan. Seorang laki-laki yang paginya beriman menjadi kafir di waktu sore, sehingga manusia akan menjadi dua kelompok: sekelompok orang yang beriman dan tidak ada kemunafikan dalam keimanannya, dan sekelompok orang yang penuh kemunafikan dan tidak ada keimanan padanya. Jika kondisi kalian sudah begitu, maka tunggulah munculnya Dajjal pada hari itu atau keesokan harinya."

صحيح البخاري ٦٥٤١: حدثنا محمد بن يوسف حدثنا سفيان عن الزبير بن عدي قال أتينا أنس بن مالك فشكونا إليه ما نلقى من الحجاج فقال اصبروا فإنه لا يأتي عليكم زمان إلا الذي بعده شر منه حتى تلقوا ربكم سمعته من نبيكم صلى الله عليه وسلم

 

Shahih Bukhari 6541: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Zubair bin 'Adi mengatakan, pernah kami mendatangi Anas bin Malik, kemudian kami mengutarakan kepadanya keluh kesah kami tentang ulah para jamaah haji. Maka dia menjawab: 'Bersabarlah, sebab tidaklah kalian menjalalni suatu zaman, melainkan sesudahnya lebih buruk daripadanya, sampai kalian menjumpai rabb kalian. Aku mendengar hadit ini dari Nabi kalian shallallahu 'alaihi wa sallam

3.      Syarahan Ustadz Zulkifli Muhammad Ali

Fitnah akhir zaman itu terdapat pada Hadis riwayat Ahmad Bin Hambal pada hadis tersebut ada 5 fase kehidupan manusia, hadis ini diriyatkan dari Imam Ahmad berkwalitas shaheh oleh syekh Ahmad Syakir dimulai dengan fase Pertama Nabi Muhammad yang memimpin umat Islam selama 23 tahun, Kedua  fase Umat Islam dipimpin khulafaur rasyidin selam 30 tahun, Ketiga fase umat Islam dipimpin oleh khalifah dengan system mulkan adhdhan atau kekuasaan kerajaan 1227 tahun, pemerintahan ini berakhir ditandai runtuhnya khilafah Usmaniah di Turki 3 maret 1274.

Perlu dingat fase ke-1 sampai ke-3 dimana fase 1/3 dunia di kuasai oleh umat Islam, Keempat fase mulkan jabariyyatan Islam tidak lagi memimpin dunia (pemimpin kediktatoran) ciri-cirinya pemerintahan yang benci dengan syariat Islam, benci dengan muslim dan ulama, dan kita sedang berada pada fase ini kita tidak tahu berapa lamanya juga fase ini akan berakhir, fase ini adalah puncak ujian bagi umat Nabi Muhammad, Kelima fase  islam akan memimpin dunia 100% seperti firman Allah dalam surat an-Nur ayat 55.

Fase ke-4 adalah fase dimasa kita sekarang dikenal dengan fase Fitnah Duhaimak (lipatan malam yang kelam) fitnah kelepan malam yang sangat pekat berlapis-lapis ada dua perkara yang meneror umat Islam, Pertama meneror non Fisik (ba’saa’), musuh umat Islam menjajah dan memiskinkan umat Islam, symbol-simbol ekonomi Islam mereka yang pegang, Kedua meneroro fisik (darrak) yang disakiti fisik dan umat Islam dijajah tanah air kita misalnya mereka ciptakan firus dan penyakit  dan zulzilu, terror agama islam zhalimi agama penghafal al quran di fitnah terror. Terror itu akan terjadi hingga terjadi tanda kiamat berikutnya yaitu Bumi mengalami peristiwa dukhan, Umat manusia mendapat ujian dengan munculnya dajjal, Allah turunkan nabi isa dan Allah melepaskan ya’juj ma’juj.

Ustadz Zulkifli Muhammad Ali menjelaskan Fitnah akhir zaman itu terjadi sekarang dizaman kita ini ditandai dengan :

1.      Al Fusuqu wal ‘isyanu (kefasikan dan dosa maksiat) diciptakan, blow up, difasilitasi

LGBT dilindungi, puncaknya pemerintahan Arab Saudi terang-terangan melakukan bermaksiat dengan menghadirkan dan menampilkan penyanyi bertelanjang.

2.      At tafriku wa at tadhlilu (memecah belah umat, dan memunculkan lairan-aliran sesat) diantaranya adanya ahmadiyah, ISIS diciptakan oleh amerika, partai Islam berpecah belah dan munculnya aliran-aliran sesat, seperti Islam Nusantara.

3.      Dhuhur an nifaq (kemunafikan) munculnya bazer-bazer RP. Fitnah dibiayai

4.      Kesyirikan (manusia mengatakan ada makhluk yang berhaq mengatur manusia) yang mengatakan demokrasi mengatur kehidupan kesyirikan yang nyata adalah demokrasi

5.      Riddah ke Murtadan  usaha kita harus bersabar dan berpegang teguh pada agama

Untuk menghadapi fitnah besar di era kita Benteng utama umat Islam ketika menghadapai fitnah dhuhaimak dengan menanamkan fondasi keimanan yang kuat dan bersabar, Ilmu, Amal sholeh, Doa dan Tawaqal.

4.      Respon natizen

Dari respon natizen dari ceramah ini, terdiri dari yang menjadi penonton atau dikenal subscriber channel you tube ini sebanyak 794 000 orang, dari 794 000 orang itu bahkan bisa lebih, yang menonton 199 931, yang menyatakan suka sebanyak 3 200 orang dan yang menyatakan tidak suka tidak ada, dan yang mengomentari ceramah ini 158 orang, diantara komentar-komentar natizen adalah:

1)      Berdo’a untuk ustadz, kelarga, umat islam

2)      Terima kasih atas ilmu yang dapat mencerahkan penonton

3)      Bosan mendengar ceramah karena membaca hadis berulang-ulang dan membadingkan dengan ustadz Imran husen yang mengaplikasikan al quran dan hadis dalam dunia nyata

4)      Lancang ustadz ini barani mengatakan amalan umat akhir zaman lebih daripada amalan para shahabt

5)      Menguatkanisi ceramah bahwa tanda hari kiamat sudah dekat tandanya si pengecham mesum di puja-puja

6)      Mengingatkan agar jangan serampangan menyimpukan hadis

7)      Fitnah akhir zaman semaki terasa sejak si joko jadi presiden dan semakin parah

8)      Mencela ustadz adalah cocoklogi

 

B.     Dajjal sudah keluar!!! inilah zamannya Akhir zaman.

1.      Alamat link

Alamat link you tubenya adalah https://youtu.be/i2THDtETN6M

2.      Hadis yang di bahas

Tema hadis yang disampaikan oleh Ustadz Zulkifli Muhammad Ali adalah Pengembala onta berlomba-lomba Membangun gedung-gedung, hadis ini terdpat pada Shaheh Bukhari Kitab Iman, Bab Pertanyaan Jibril kepada Rasulullaahm Muslim no. 10 dan 11 Kitab iman bab. Penjelelasan tentang iman, islam dan ihsan, Sunan Tirmidzi 2535 kitab Iman, Jibril mengambarkan keimana, Sunan Ibnu Majah 62 dan 63 kitab Muqaddimah bab.iman, Musnad Ahmad 179, 346, 2775, 16541, 16851 kitab 10 sahabat dijamin masuk sorga, bab awal musnad umar bin khattab dan Shaheh Ibn Hibban 159 dan 168. Salah satu bunyi hadis dalam kitab Bukhari adalah :

صحيح البخاري ٤٨: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا أَبُو حَيَّانَ التَّيْمِيُّ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ مَا الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ قَالَ مَا الْإِسْلَامُ قَالَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ قَالَ مَا الْإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الْإِبِلِ الْبُهْمُ فِي الْبُنْيَانِ فِي خَمْسٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ تَلَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ } الْآيَةَ ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ رُدُّوهُ فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا فَقَالَ هَذَا جِبْرِيلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِينَهُمْ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ جَعَلَ ذَلِك كُلَّهُ مِنْ الْإِيمَانِ

 

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Abu Hayyan At Taimi dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah berkata: bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya: "Apakah iman itu?" Beliau menjawab: "Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari berbangkit." (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah Islam itu?" Beliau menjawab: "Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan itu?" Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu." (Jibril 'Alaihis salam) berkata lagi: "Kapan terjadinya hari kiamat?" Beliau menjawab: "Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan tanda-tandanya, (yaitu): jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah." Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca: {Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat} (Luqman: 34). Setelah itu Jibril 'Alaihis salam pergi, kemudian beliau berkata: "Hadapkan dia ke sini." Tetapi para sahabat tidak melihat sesuatupun, maka Nabi bersabda: "Dia adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama mereka."

 

5.      Syarahan hadis Zulkifli Muhammad Ali

Ketika menjelaskan 10 tanda kiamat tersebut Ustadz Zulkifli Muhammad Ali menjelaskan 10 tanda itu akan silih berganti datang tanda kiamat, selesai satu tanda akan menyusul tanda berikutnya, Ustadz Zulkifli Muhammad Ali mengibaratkan 10 tanda hari seperti 10 butiran tasbih yang bagian bawahnya simpulnya dikat, jika simpul itu dilepas maka, tasbih yang paling bawah akan jatuh dan akan disusul butiran tasih berikutnya dengan sangat cepat sekali, jadi 10 tanda kiamat itu jika sudah selesai satu tanda akan menyusul tanda berikutnya.

Disini Ustadz Zulkifli Muhammad Ali menjelaskan maksud matan hadis وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الْإِبِلِ الْبُهْمُ فِي الْبُنْيَانِ  hadis dalam Musnad Ahmad Ibn Hanbal Abdullah ibn Abbas bertanya kepada Rasulullah, “siapakah yang engkau maksud ?” kere, miskin tidak beralas kaki bertelanjang dada tiba-tiba menjadi kaya raya, rasul menjawab mereka adalah    “هُمُ الْعَرَبٌ” mereka adalah bangsa Arab”

6.      Respon natizen

Dari respon natizen dari ceramah ini, terdiri dari yang menjadi penonton atau dikenal subscriber channel you tube ini sebanyak 794 000 orang, dari 794 000 orang itu bahkan bisa lebih, yang menonton 1 631 006, yang menyatakan suka sebanyak 19 000 orang dan yang menyatakan tidak suka tidak ada, dan yang mengomentari ceramah ini 1 492 orang, diantara komentar-komentar natizen adalah:

1)      Berdo’a untuk dirinya, Ustadz Zulkifli Muhammad Ali, umat islam

2)      Berterima kasih atas ilmu yang diberikan melalui ceramah ini

3)      Mengingatkan penonton lain agar meningkatkan ibadah dengan rajin sholat dan selalu membaca surat al kahfi

4)      Merasa ta’jub mendengar ceramah

5)      Mendapat ilmu baru tentang tanda hari kiamat

6)      Mendengar ceramah ini merasa haru dan merinding

7)      Membenarkan isi ceramah Ustadz Zulkifli Muhammad Ali, dengan megatakan kehancuran ekonomi dan masa pandemic covid merupakan tanda-tanda kiamat,

8)      Merasa sedih dan pesimis dalam hidup, seperti komentar Raja Turbo dan Eni Ria

“Saya dari beberapa tahun belakangan ini sering mendengar ceramah ustadz Zulkifli tentang akhir zaman. Mau tidak mau terima tidak terima emang benar kita harus menghadapi nya setiap mau tidur pasti saya selalu membayangkan dan merasa takut tentang ini semua.. dan sampai saya setelah tamat SMA saya tidak berkuliah kenapa? Karena buat apa kuliah sebentar lagi teknologi hancur sebentar lagi kiamat saya lebih suka kalau saya bekerja terus hasil uang nya saya kumpulkan sama seperti ustadz bilang sering beli emas.. dan kalau sudah ada tanda tanda nya uang yang saya kumpulkan langsung saya habiskan beli makanan dan minuman sebanyak banyak nya untuk stok.. itu sih pemikiran saya. Terus saya juga mau bertanya kalau emang kita akan kembali ke zaman batu apakah sepeda bisa dipakai?”

9)      Tidak percaya dengan cara menjelaskan ayat dan hadis sehingga berkomentar cara Ustadz Zulkifli Muhammad Ali mensyarah al-Quran dan hadis dengan perasaan sendiri

10)  Yul Kinantan Membandingkan isi ceramah Ustadz Zulkifli Muhammad Ali dengan chanel Agus Mustafa, dan mengatakan bahwa masing-masing kiyai dan ustad berbeda pendapat tentang tanda-tanda hari kiamat terutama Dajja dan Imam Mahdi, bahkan Yul Kinantan mempertanyakan hakikat Dajjal dan Imam Mahdi apakah sosok keduanya orang, nama atau sifat.

1.      Simpulan

Hari akhir pasti akan terjadi, kepastian datanya ahari kiamat terdapat dalam al-Quran maupun hadis nabi, namu kapan waktu kiamat atau kapan akhir zaman tidak seorangpun yang mengetahuinya termasuk nabi Muhammad, Rasulullah hanya dapat menyebutkan tanda-tanda hari kiamat, yang dapat kita lakukan sekarang ini adalah memperbanyak amal ibadah untuk menyambut kadatangan kiamat, pembahasan tentang akhir zaman di bahas dan disampaikan oleh Ustadz Zulkifli Muhammad Ali dalam ceramah you tube sehingga Ustadz Zulkifli Muhammad Ali dikenal dengan ustadz akhir zaman dari dua judul ceramah Ustadz Zulkifli Muhammad Ali di you tube dapat disimpulkan bahwa Ustadz Zulkifli Muhammad Ali adalah kontekstualis dalam memahami hadis-hadis akhir zaman, dan respon subribe sebagai pendengar ceramah tersebut beragam ada yang mengaminkan dan mempercayainya da nada pula yang menyangsikan akan syarahan Ustadz Zulkifli Muhammad Ali ini dengan memberi label Ustadz Zulkifli Muhammad Ali sebagai ustadz cocokolgi, dengan mengemukakan fakat apa yang dijelakannya tidak terjadi di zaman sekarang.

 

2.      Daftar Pustaka

 

Channa AW, Liliek. “Memahami makna hadis secara tekstual dan kontekstual.” Ulumuna journal of Islamic studies 15, no. 2 (2011): 391–414.

Ismail, M. Syuhudi. Hadis Nabi yang tekstual dan kontekstual: telaah Ma’ani al-Hadits tentang ajaran Islam yang universal, temporal, dan lokal. Jakarta: Bulan Bintang, 1994.

Karnedi, H. Rozian. METODE PEMAHAMAN HADIS (Aplikasi Pemahaman Tekstual & Kontekstual). IAIN Bengkulu Press, 2021. http://repository.iainbengkulu.ac.id/6618/.

Maizuddin. Metodologi Pemahaman Hadis. Padang: Hayfa Press, 2008.

Muchtar, Buchari. Metode Pemahaman Hadis Sebuah Kajian Hermeneutika. Jakarta: Nuansa Madani, 1999.

“PT SEMEN PADANG - Berita.” Accessed June 23, 2022. https://www.semenpadang.co.id/?mod=berita&kat=&id=1241.

Safri, Edi. Metode Penyelesaian Hadits Mukhtalif. Padang: IAIN Imam Bonjol Press, 1994.

Saraswati, Dias. “Ceramah Disangka Ujaran Kebencian, Ustaz Zulkifli Bingung.” nasional. Accessed June 23, 2022. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180118152837-12-269919/ceramah-disangka-ujaran-kebencian-ustaz-zulkifli-bingung.

SITI ROHIMAH, UK 150170, Saripuddin Saripuddin, and Adi Iqbal. “PESAN DAKWAH KH ZULKIFLI MUHAMMAD LC., MA DALAM CERAMAH DI YOUTUBE (Edisi 13 Oktober 2017).” Skripsi, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2019. http://repository.uinjambi.ac.id/1906/.

Sugono, Dendi. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan NAaional, 2008.

Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999.

“Zulkifli Muhammad Ali.” In Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, May 22, 2022. https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zulkifli_Muhammad_Ali&oldid=21133297.

 



[1] “Zulkifli Muhammad Ali,” in Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, May 22, 2022, https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zulkifli_Muhammad_Ali&oldid=21133297.

[2] UK 150170 SITI ROHIMAH, Saripuddin Saripuddin, and Adi Iqbal, “PESAN DAKWAH KH ZULKIFLI MUHAMMAD LC., MA DALAM CERAMAH DI YOUTUBE (Edisi 13 Oktober 2017)” (skripsi, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2019), http://repository.uinjambi.ac.id/1906/.

[3] “PT SEMEN PADANG - Berita,” accessed June 23, 2022, https://www.semenpadang.co.id/?mod=berita&kat=&id=1241.

[4] Dias Saraswati, “Ceramah Disangka Ujaran Kebencian, Ustaz Zulkifli Bingung,” nasional, accessed June 23, 2022, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180118152837-12-269919/ceramah-disangka-ujaran-kebencian-ustaz-zulkifli-bingung.

[5] Dendi Sugono, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan NAaional, 2008).h. 958

[6] Maizuddin, Metodologi Pemahaman Hadis (Padang: Hayfa Press, 2008). h. 13

[7] Maizuddin. Ibid.

[8] Maizuddin. Ibid., h. 19

[9] H. Rozian Karnedi, METODE PEMAHAMAN HADIS (Aplikasi Pemahaman Tekstual & Kontekstual) (IAIN Bengkulu Press, 2021), http://repository.iainbengkulu.ac.id/6618/.

[10] Buchari Muchtar, Metode Pemahaman Hadis Sebuah Kajian Hermeneutika (Jakarta: Nuansa Madani, 1999).

[11] Sugono, Kamus Bahasa Indonesia. Loc.cid., h. 1159

[12] Maizuddin, Metodologi Pemahaman Hadis. h.87

[13] Maizuddin. ibid

[14] Maizuddin. Ibid., h.88

[15] M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang tekstual dan kontekstual: telaah Ma’ani al-Hadits tentang ajaran Islam yang universal, temporal, dan lokal (Jakarta: Bulan Bintang, 1994). h. 3-4

[16] Ismail. Ibid. h. 6

[17] Ismail, Hadis Nabi yang tekstual dan kontekstual. Ibid. h.6

[18] Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999).h.1-12

[19] Sugono, Kamus Bahasa Indonesia. h.519

[20] Edi Safri, Metode Penyelesaian Hadits Mukhtalif (Padang: IAIN Imam Bonjol Press, 1994).

[21] Liliek Channa AW, “Memahami makna hadis secara tekstual dan kontekstual,” Ulumuna journal of Islamic studies 15, no. 2 (2011): 391–414.

[22] Ismail, Hadis Nabi yang tekstual dan kontekstual.

[23] Rosihan Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an cet. 1,(Bandung : Pustaka Setia,2009), h. 274

[24] Ibid

[25] Maizuddin, Metodologi Pemahaman Hadis.loc,cid. h.102-110

Komentar